SELAMAT MALAM KE EMPAT BELAS BULAN MULYA MAULID NABI MUHAMMAD SAW.

Alloh berfirman ( At Taubah : 128 )

لَقَدْ جَائَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
عَزِيِزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ
بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari dirimu,
Berat terasa olehnya penderitaanmu,
Sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
Amat belas kasih lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Nabi tidak tahan jika melihat ummatnya dalam kesulitan,

Al Kisah :
Seorang penjual onta bernama Arosyi,
Beberapa ontanya dibeli oleh Abu Jahal,
Namun sampai lama tidak diberi uang harga onta tersebut,

Maka penjual onta tersebut masuk ke tempat orang-2 quraisy,
Ia bermaksud minta tolong agar segera dilunasi oleh Abu Jahal,
Namun mereka tidak menolong tetapi malah mentertawakannya,

Dan mereka berkata dengan maksud merendahkan Nabi :
"Datanglah pada Muhammad dan mintalah tolong padanya !"

Mereka yakin bahwa Nabi tidak akan mampu menolongnya,
Sehingga orang tersebut sadar akan kelemahan Nabi,
Dan berbalik mengikuti jejak Abu Jahal,

Penjual onta tersebut segera datang kepada Nabi,
Ia mengungkapkan maksudnya minta tolong,

Maka Nabi keluar bersama orang tersebut,
Beliau segera menuju rumah Abu Jahal,
Beliau mengetuk pintu rumah Abu Jahal dengan keras,

Maka Abu Jahal bertanya : "Siapa itu ?",
Nabi menjawab : "Muhammad",
Maka Abu Jahal keluar dengan berubah wajahnya,
Kemudian Nabi berkata : "Berikan hak orang ini !"

Maka Abu jahal berkata :
"Tunggu dulu aku ambilkan haknya",

Tak lama kemudian Abu Jahal memberikan uang harga onta,
Dan diterima dengan gembira oleh penjual onta tersebut,
Penjual onta yang semula dalam kesulitan,
Disingkirkan kesulitannya oleh Rasululloh,

Rombongan quraisy berkata :
"Celaka kamu wahai Aba Al Hakam !,
Tak pernah aku melihat seperti apa yang engkau lakukan",

Abu Jahal menjawab :
"Celaka kamu, Ia mengetuk pintu dengan keras,
Aku mendengar suaranya sungguh menakutkan,
Ditambah lagi di atas kepalaku ada seekor onta laki-laki,
Tak pernah aku melihat pemandangan seperti itu,
 Bagaimana aku tidak takut ?"

( Nurul Yaqin : 40 )