JUJUR DAN TAAT
PADA KIAI BERAKHIR BAHAGIA
Al
Kisah , Pada zaman dahulu ada seorang santri,
Ia
anak dari seorang pekerja swasta ,
Ibunya
bekerja sebagai penjual makanan di warung,
Santri
ini sangat bodoh , tetapi taatnya kepada Kiai bukan main,
Ia
telah bertahun-tahun mondok tetapi masih belum bisa apa-apa,
Dari
kecil hingga menjadi Anak muda yang tampan , ia tetap bodoh,
Pak
Kiainya tidak susah , tidak marah , tidak bosan terhadap santri ini,
Beliau
berpandangan kedepan amat jauh,
Dalam
benak Pak Kiai ada prasangka yang amat bagus bahwa :
Santri itu sekarang tidak mahir dalam ilmu
pengetahuan,
Tetapi masih ada harapan bahwa :
Ia akan terdidik
akhlaqnya, menjadi anak yang solih,
Dan
itu yang paling penting , sebab
Rosululloh bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulya”,
Jadi
bukan untuk memahirkan ummat tetapi menyempurnakan akhlaq,
Nabi-nabi
dahulu yang mereka minta adalah anak yang solih,
Nabi
Ibrohim berdo’a :
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Tuhan
, berilah kami anak yang solih”,
Jadi
bukan anak yang pandai tetapi anak yang solih yakni berakhlaq mulya,
Itulah
sebabnya , Pak Kiai sama sekali tidak resah dan tidak marah,
Namun
sebagian santri yang senior itu yang ogah dan sumpek,
Mereka
selalu mencaci maki santri yang bodoh ini,
Ada
salah seorang alumni pondok tersebut datang dan bercerita bahwa :
“Santri-santri
yang telah tammat belajar di pondok sini, semuanya pintar,
Mereka
banyak yang menjadi Kiai , Pejabat tinggi , Orang kaya ,dsb,
Kalau
ada santri mondok di sini tetapi sampai lama masih nggak bisa apa-apa,
Itu
mendingan boyong saja, dari sini,
Sehingga
tidak mencemarkan nama baik pondok pesantren ini”,
Kata-kata
dari Alumni itu betul-betul mengena di hati santri bodoh tersebut,
Ia
langsung sowan kiai dan pamit akan
boyong,
Pak
Kiai terkejut : “Loh kok mendadak , ada apa ?”
Santri
itu menjawab : “Agar tidak merusak nama baik pondok sini pak Yai”,
Pak
Kiai bertanya : “Kok begitu bagaimana sih critanya ?”,
Santri
tersebut menceritakan pembicaraan alumni tadi,
Pak
Yai mempertahankan agar ia jangan boyong dulu,
Namun
santri itu sudah kuat niatnya untuk boyong,
Akhirnya
Pak Kiai mengizinkan dia boyong,
Pak
Kiai berkata : “Santri itu kadang-kadang tidak pandai baca kitab ,
Tetapi
ia mempunyai keistimewaan , Apa kestimewaannya ? ,
Mungkin
ia pandai kerja , mungkin ia punya bakat seperti orang tuanya ,
Mungkin
dapat dibanggakan kejujurannya , Mungkin suka menolong , dsb,
Maka
saya pesankan kepadamu nak :
1-
Lakukan ibadah dan tinggalkan
perbuatan haram,
2-
Patuhlah pada orang tua dan ikuti
jejak mereka,
3-
Jangan lupakan pondok serta
nasihat gurumu,
Saya
do’akan kamu menjadi orang yang baik dan bahagia”,
Santri
tersebut melelehkan air mata,
Ia
terkesan dengan kesabaran dan do’a Pak Kiai,
Ia
kemudian berpamitan boyong ,
Ia
cucup telapak tangan Pak Kiai sambil mencucurkan air mata,
Ia
mengakhiri pamitnya dengan kata-kata halus :
“Mohon
Pengestu Pak Yai”,
Pak
Yai menjawab :
“Iya
anakku, Ingat-ingat pesanku, Semoga Alloh melindungimu”,
Ia
mulai melangkahkan kaki menuju rumahnya,
Dari
langkah ke langkah ia selalu mengingat pesan Kiai,
Serta
berharap akan pertolongan Alloh,
Sesampainya
ia di rumah , Ibunya bertanya dengan keras :
“Mengapa
kamu pulang ?”,
Ia
menjawab : “Aku boyong Bu”
Ibunya
bertanya : “Mengapa kamu boyong ?”,
Ia
menjawab : “Aku sudah lama mondok bu ,
Sudah
banyak ibu dan ayah mengirim bekal untukku,
Tetapi
aku tetap bodoh , tak bisa baca kitab”,
Ibunya
berkata keras : “Nggak usah mikir banyaknya bekal,
Yang
penting kamu di pondok saja , Bodoh nggak apa-apa,
Kalo
kamu di rumah, Ibu tambah sumpek,
Sana
! Kembali ke pondok lagi !”
Anak
muda itu menjawab : “Saya sudah terlanjur pamit Pak Kiai Bu,
Saya
malu untuk kembali Bu ,
Beliau
juga sudah memberikan pesan-pesan padaku”,
Ibunya
bertanya keras : “Apa pesan Pak Kiai ?”
Anak
muda itu menjawab : “Tiga hal Bu :
1-
Lakukan ibadah dan tinggalkan
perbuatan haram,
2-
Patuhlah pada orang tua dan ikuti
jejak mereka,
3-
Jangan lupakan pondok serta
nasihat gurumu,
Ibunya
berbicara kasar : “Kiai apaan itu , Kiai nggak tau keadaan orang tua”
Anak
muda tersebut menangis lantara kata-kata kasar ibunya,
Ibunya
berani mencaci maki Pak Kiai,
Namun
anak muda itu tak berani membantah karna ingat pasan Pak Kiai,
“Patuhlah
pada orang tua dan ikuti jejak mereka”,
Ia
memberanikan diri bertanya kepada ibunya :
“Bolehkah
aku membantu ibu jual makanan ?”,
Ibunya
menjawab denga kasarnya :
“Nggak
usah , kamu nanti malah menghabiskan makanan”
Anak
muda itu berkata : “Kalau begitu aku akan membantu ayah Bu ,
Tolong
beritau aku Bu , Apa pekerjaan ayah Bu
?”
Ibunya
menjawab dengan kasar pula :
“Nggak
usah , Ayahmu baru saja mati di kroyok orang”
Anak
muda itu bertanya : “Mengapa Ayah dikroyok bu ?”,
Ibunya
menjawab dengan kasarnya : “Nggak usah tanya”,
Anak
muda itu tetap bertanya berulang kali,
Hingga
ibunya menjawab :
“Dia
maling dan ketahuan orang kampung,
Mereka lalu mengroyok ayahmu hingga mati”,
Mereka lalu mengroyok ayahmu hingga mati”,
Anak
muda tersebut mengeluh dalam hati : “Astaghfirulloohal ‘adziiim,
Jadi
aku ini anak maling ?”
Alloh
SWT Dzat Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Bijaksana,
Dia
pasti menolong hambanya yang sedang dirundung kesedihan,
Asalkan
hamba itu mau sabar dan terus berdo’a :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Hai
orang-orang yang beriman,
Mintalah
tolong kepada Alloh dengan sabar dan berdo’a ,
Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah : 153)
Ketika
anak tersebut bertanya pada ibunya : “Mengapa Ayah dikroyok bu ?”,
Ibunya
menjawab dengan kasarnya : “Dia maling dan ketahuan orang kampung,
Mereka lalu mengroyok ayahmu hingga mati”,
Mereka lalu mengroyok ayahmu hingga mati”,
Anak
muda tersebut mengeluh dalam hati : “Astaghfirulloohal ‘adziiim,
Jadi
aku ini anak maling ?”
Anak
muda tersebut lalu meninggalkan ibunya, dan termenung di kamarnya,
Ia
ingat pesan Pak Kiai : “Patuhlah pada orang tua dan ikuti jejak mereka”,
Ia
berkata dalam hatinya : “Aku harus belajar menjadi maling yang selamat,
Aku
harus pergi ke rumah orang yang ahli mencopet atau mencuri”,
Ia
berpamitan kepada ibunya untuk pergi,
Ibunya
langsung meng iyakan tanpa bertanya apa-apa,
Sesampainya
di rumah tukang copet , ternyata tukang copet itu amat baik hati,
Ia
di terima dengan baik , disilahkan duduk, disuguh minuman lalu ditanya :
”Wahai
Anak muda, Siapa kamu ini, dan dari mana ,
lalu untuk apa datang ke mari ?”
Anak
muda tersebut menjawab :
“Aku
adalah anak pencuri yang meninggal dunia karna dikroyok massa,
Aku
datang kemari untuk belajar mencopet atau mencuri”,
Tukang
copet itu tertawa lebar dan menerimanya dengan penuh harapan,
Anak
muda ini pasti pandi mencopet sebab ada keturunan dari ayahnya,
Ia
diajari cara mencopet yang bagus , dilatih lalu diuji mencopet di pasar,
Ternyata
ia pandai, andai dinilai maka nilainya adalah sempurna,
Ia
dinyatakan lulus dan dijadikan sahabat bagi tukang copet tersebut,
Anak
muda tersebut selalu ingat pesan Pak Yai :
“Lakukan
ibadah dan tinggalkan perbuatan haram”,
Maka
setiap selesai mencopet , ia tunjukkan hasilnya kepada gurunya,
Gurunya
tidak pernah meminta hasil dari pencopetan anak muda tersebut,
Setelah
laporan lalu istighfar dan ia kembalikan barang itu kepada pemiliknya,
Ia
mohon ma’af dan bilang : “Tuan nggak
usah takut , Saya hanya latihan kok”,
Setelah
lama ia berlatih mencopet dan selalu berhasil dengan memuaskan,
Maka
ia datangi rumah seorang BANDOL
MALING yang paling masyhur,
Sesampainya
di rumah BANDOL MALING , ternyata BANDOL itu amat baik hati,
Ia
di terima dengan baik , disilahkan duduk, disuguh minuman lalu ditanya :
”Wahai
Anak muda, Siapa kamu ini, dan dari mana ,
lalu untuk apa datang ke mari ?”
Anak
tersebut menjawab :
“Aku
adalah anak pencuri yang meninggal dunia karna dikroyok massa,
Aku
datang kemari untuk belajar mencuri yang selamat dari pengroyokan”,
BANDOL MALING
itu tertawa lebar dan menerimanya dengan penuh harapan,
Anak
muda ini pasti pandai mencuri sebab ada keturunan dari ayahnya,
Ia
diajari cara mencuri yang bagus ,
Ia
dilatih lalu diuji mencuri di rumah juragan yang kaya,
Ternyata
ia amat pandai , andai dinilai maka
nilainya adalah sempurna,
Ia
dinyatakan lulus dan dijadikan sahabat bagi BANDOL MALING
tersebut,
Pemuda
maling tersebut selalu ingat pesan Pak Yai :
“Lakukan
ibadah dan tinggalkan perbuatan haram”,
Maka
setiap selesai mencuri , ia tunjukkan hasilnya kepada gurunya,
Gurunya
tidak pernah meminta hasil dari curiannya,
Setelah
laporan lalu istighfar dan ia kembalikan barang itu kepada pemiliknya,
Ia
mohon ma’af dan bilang : “Tuan nggak usah takut , Saya hanya latihan kok”,
Setelah
lama ia berlatih mencuri dan selalu berhasil dengan memuaskan,
Maka
ia berfikir dan berkata dalam benaknya :
“Saya
harus sungguh mencuri harta atau apapun yang sebanyak-banyaknya”,
Maka
setiap hari ia bertamasya mencari mangsa,
Jika
telah mendapatkan mangsa, maka ia minta izin kepada gurunya,
Lalu
mulai pagi ia telah mengadakan penelitian,
Milik
siapa rumah yang besar ini, Bagaimana keadaan pemiliknya, dsb,
Sayang
, di daerah pemantauannya itu tidak ia jumpai orang yang sangat kaya,
Mereka
rata-rata tidak memuaskan andaikan dimasuki rumahnya,
Maka
pemuda maling tersebut pindah ke perkotaan yang amat ramai,
Ternyata
di sana ia menemukan rumah yang besar milik milyarder,
Rumah
itu amat besar , anggun dan indah,
Rumah
itu selalu dijaga ketat oleh satpam di saat malam maupun siang,
Dindingnya
kokoh banyak cendela dengan kaca riben yang amat tebal,
Rumah
tersebut dikelilingi oleh taman bunga dan telaga mini,
Maka
amat sulit untuk didekati dan sulit disentuh dindingnya,
Dalam
hati anak muda itu berkata : “Ini tepat jika saya masuki,
Di
sini pasti terdapat tumpukan harta yang tak terhitung banyaknya,
Ia
mulai meneliti keadaan belakang dan samping rumah serta penjaganya,
Tiba-tiba
ketika hampir siang banyak orang berdatangan ke rumah tersebut,
Mereka
adalah para faqir miskin dan anak-anak yatim,
Mereka
datang untuk mengambil shodaqoh yang telah rutin setiap hari Ahad,
Pemuda
maling tersebut berfikir : “Rumah ini tidak pantas aku curi hartanya,
Pemiliknya
sangat dermawan memikirkan faqir miskin dan anak-anak yatim”,
Pemuda
maling itu tidak jadi memasuki rumah tersebut,
Ia
selalu mengingat aturan pencuri yang tangguh dan berakhlaq,
Pencuri
yang tangguh adalah pencuri yang mempunyai perhitungan,
Ia
tidak boleh mencuri milik orang yang suka berderma,
Ia
juga selalu menjaga persyaratan mencuri, antara lain :
1-
Tidak boleh merusak kaca,
2-
Tidak boleh merusak kunci,
3-
Tidak boleh merusak kehurmatan
wanita,
4-
Ke mana saja ia berjalan harus
sesuai dengan hari dan pasarannya,
5-
Selalu mohon restu pada gurunya,
Pemuda
maling itu lalu pergi mencari mangsa yang pantas,
Ia
terus mondar mandir mencari rumah yang pantas ia masuki,,
Kebetulan ia menemukan sebuah rumah yang seperti
istana,
Bentuknya
besar dan berwibawa dikelilingi halaman yang amat luas,
Halaman
muka , belakang , samping kanan dan kiri,
Dipagar
dengan besi yang amat tinggi dengan jeruji yang kokoh,
Dijaga
oleh satpam yang gagah-gagah berkumis tebal menakutkan,
Alangkah
genbira hatinya menemukan mangsa yang empuk,
Maka
ia minta izin kepada gurunya, dan Gurunya memberikan izin,
Sang
Guru menambahkan ilmu ketangguhan dan keselamatan,
Amboi asyiknya
pencurian kali ini,
Alloh
Subhanahu wa ta’ala ,
Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
Selalu
mengabulkan apa yang diinginkan oleh hambaNya,
Asalkan
hamba itu betul-betul dalam menempuh keinginannya,
Baik
keinginan yang bagus atau keinginan yang jelek,
Hamba
yang mana pun diberikan kesempatan untuk memilih,
Apakah
ia senang kebaikan ataukah keburukan,
Tetapi
harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya,
Jika
yang dilakukan itu baik maka ia akan menuai kebaikan,
Jika
yang dilakukan itu buruk maka ia pun menuai keburukan,
Itulah
kandungan dari surat :
Az
Zalzalah (7 & 8)
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
خَيْرًا يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji bayam pun,
niscaya
dia akan melihat (balasan) nya.
Dan barang
siapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji bayam pun,
niscaya
dia akan melihat (balasan) nya.
Ketika
Pemuda maling itu telah menemukan sebuah rumah yang super mewah,
Bentuknya
besar dan berwibawa dikelilingi halaman yang amat luas,
Halaman
muka , belakang , samping kanan dan kiri,
Dipagar
dengan besi yang amat tinggi dengan jeruji yang kokoh,
Dijaga
oleh satpam yang gagah-gagah berkumis tebal menakutkan,
Alangkah
genbira hatinya menemukan rumah yang pantas dimasuki,
Maka
ia minta izin kepada gurunya, dan Gurunya memberikan izin,
Sang
Guru menambahkan ilmu ketangguhan dan keselamatan,
Pemuda
maling tersebut mulai mengadakan penelitian,
Setiap
hari ia mencari berita tentang keadaan rumah tersebut,
Kebetulan
di sebelah rumah tersebut terdapat kios kaki lima,
Penjual
makanan dan minuman di kios tersebut amat ramah,
Pemuda
itu lalu singgah di kios tersebut dan minta dibuatkan kopi,
Ia
makan makanan ringan dan bercengkerama dengan pemilik kios itu,
Ia
mulai bertanya tentang keadaan rumah yang seperti istana itu,
Itu
milik siapa dan bagaimana keadaan orang yang memilikinya,
Penjual
jajan itu menceritakan secara luas,
Rumah
ini milik juragan kaya berasal dari tempat yang jauh,
Pemiliknya
tak kenal sama sekali dengan penduduk kota ini ,
Rumah
ini selalu tertutup pagar dan dijaga oleh satpam yang amat kejam,
Pemiliknya
sangat kikir , tak pernah zakat apa lagi shodaqoh,
Ia
mempunyai anak perempuan yang amat cantik jelita,
Tak
seorang pun dari pemuda sini mengenalnya sebab ayahnya sangat kejam,
Jika
putrinya berjalan bersamanya lalu berjumpa pemuda yang meliriknya,
Maka
ayahnya langsung menusuk pemuda tersebut dengan tongkat,
Semua
penduduk sini tidak ada yang berani mengganggu mereka,
Pemuda
maling tersebut bergebira menemukan mangsa yang empuk,
Pada
pertengahan malam ia dengan mudah dapat masuk rumah istana itu,
Ia
mencari kamar khusus tempat menyimpan harta, dan ia telah menemukannya,
Seluruh
penjaga dan pemilik rumah itu sama sekali tidak ada yang terjaga,
Ia
melihat tumpukan uang yang bukan main banyaknya,
Ia
ingat pesan Pak Kiainya : “Lakukan ibadah dan tinggalkan perbuatan haram”,
Maka
ia tidak berani mengambil seluruhnya,
Ia
menghitung berapa kira-kira yang boleh ia ambilnya,
Karna
kesulitan menghitung , maklum ia bukan anak yang pandai,
Ia
bodoh tetapi patuh memegangi nasihat Pak Kiainya,
Maka kedahuluan
waktu Shubuh tiba,
Sang
pemilik rumah bangun untuk melaksanakan sholat Shubuh,
Ketika
mengetahui kamar hartanya terbuka, alangkah terkejutnya,
Ia
masuk kamar itu, tiba-tiba menemukan pemuda menulis hitungan-hitungan,
Hampir
ia berteriak minta tolong, tetapi pemuda tersebut menenangkannya,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Siapa kamu ini ? Dari mana kamu datang ?”
Pemuda
itu menjawab : “Aku ini maling , tetapi di sini tidak jadi mencuri”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Mengapa tidak jadi mencuri ?”
Pemuda
itu menjawab : “Sebab sudah ketahuan pemiliknya”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Kertas apa yang kau tulis-tulis itu ?”
Pemuda
itu menjawab : “Perencanaan Berapa yang harus aku curi”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Kamu saya tangkap , Awas jangan lari ?”
Pemuda
itu menjawab : “Kami patuh pak, Tetapi kami jangan dibunuh”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Kamu ber agama apa ?”
Pemuda
itu menjawab : “Kami ber agama Islam pak”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Mengapa tidak sholat ?”
Pemuda
itu menjawab : “Sekarang kami hendak sholat pak”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Apa yang harus kau lakukan jika mau sholat ?”
Pemuda
itu menjawab : “Kami harus melakukan wudlu pak”,
Pemilik
rumah itu bertanya : “Kalau begitu kamu harus wudlu sekarang ?”
Pemuda
itu bertanya : “Iya pak , Di mana kami harus melakukan wudlu”,
Pemilik
rumah itu khawatir Pencuri ini lari,
Maka
ia menyuruhnya wudlu di kamar khusus tamu,
Pemilik
rumah itu menjaganya di luar,
Habis
wudlu ia disilahkan masuk musholla dan dikunci dari luar,
Pemilik
rumah mengambil wudlu lalu datang bersama keluarga di Musholla,
Ia
berpikir, Jika aku yang menjadi Imam, aku khawatir pemuda ini lari,
Jika
Pemuda ini saya suruh menjadi Imam berarti saya diimami oleh maling,
Bagaimana
ini ? Mana yang harus saya lakukan ?
Maka
Pemilik rumah menyuruh agar Pemuda Maling itu menjadi Imam,
Pemuda
tersebut ingin tidak mau sebab malu atas kehinaan dirinya,
Tetapi
Pemilik rumah memaksanya untuk menjadi imam,
Akhirnya
Pemuda itu maju menjadi Imam,
Ternyata
bacaan Qur’annya amat fasih dan suaranya amat merdu,
Usai
solat, ia pun duduk melakukan wirid yang panjang,
Dalam
do’anya ia membaca berulang kali ayat :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri,
Dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
Niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.(Al A'raf : 23)
Juragan
dan keluarganya kagum dan mendadak ingin membagikan hartanya,
Mereka
bertanya-tanya , Siapakah gerangan sebenarnya Pemuda ini ?
Memang
, Al Qur’an adalah kitab suci kalam
Ilahi,
Jika
dilantunkan dengan nada dan lagu yang indah maka menarik simpati orang,
Jika
dilantunkan dengan mengingat ma’nanya maka dapat mengobati sakit hati,
Tuan
rumah lalu bertanya : “Wahai anak muda , Siapa sebenarnya kamu ini ?”
Pemuda
tersebut menerangkan riwayat hidupnya serta pesan Pak Kiainya,
Alangkah
terkejutnya Tuan rumah tersebut sebab ia dahulu juga mondok,
Pengasuhnya
pun adalah pengasuh pemuda tersebut,
Tetapi
Beliau tetap memberikan hukuman kepada pemuda tersebut,
Beliau
mengatakan : “Kamu saya hukum dengan hukuman yang berat”
Pemuda
itu menjawab : “Kami patuh pak asal jangan dibunuh”
Ia
selalu ingat nasib ayahnya yang mati dalam perjalanan mencuri,
Ia
berangan-angan : Gerangan apakah hukuman
itu ?
Pemilik
rumah itu berkata : “Hari ini kamu harus berjalan beberapa kilo meter”
Pemuda
itu bertanya : “Kemana pak kami harus
berjalan ?”
Pemilik
rumah itu berkata : “Kamu harus berjalan
menglilingi kota ini”
Pemuda
itu menjawab : “Kami patuh pak , asal
jangan dibunuh ”,
Pemilik
rumah itu berkata : “Kamu masuk dulu ke kamar
penyimpanan harta”
Pemuda
itu bertanya : “Kami patuh pak , Untuk
apa kami harus ke kamar harta ?”
Pemilik
rumah itu berkata : “Ambil harta yang
hendak kamu curi tadi malam”
Pemuda
itu berkata : “Kami patuh pak , Subhaanallooh”,
Pemilik
rumah itu berkata : “Untuk apa kau
hitung-hitung harta itu ?”
Pemuda
maling menjawab : "Kami menghitung kewajiban zakat dari harta bapak”,
Pemilik
rumah itu berkata : “Kalau begitu telusuri rumah-rumah orang faqir-miskin,
Berikanlah
harta itu kepada mereka sebagai amal wajib zakatku”
Pemuda
itu berkata : “Kami laksanakan pak ,
tetapi maaf kami mohon pengantar,
Pengantar
tersebut bertindak sebagai saksi penerimaan zakat tersebut”,
Pemuda
tersebut mulai berjalan bersama pengantarnya , menelusuri gang-gang kota,
Ialu
ia teruskan menelusuri rumah-rumah para faqir-miskin untuk membagi zakat,
Alangkah
terkejutnya para penduduk perkampungan kota tersebut,
Sebagian
ada yang berterima kasih dan mendo’akan juragan itu dengan baik,
Sebagian
ada yang tersenyum sinis dan mengatakan : “Suluh benar si kaya itu”,
Sesudah
selesai melaksanakan pembagian zakat, pemuda tersebut kembali,
Ia
melaporkan pekerjaannya serta keadaan para mustahiq yang telah diberi,
Pemilik
rumah itu berkata dalam hatinya :
“Alangkah jujurnya pemuda ini”,
Namun
ia merahasiakan pujian tersebut dan bertindak seakan-akan tetap marah,
Pemilik rumah
itu berkata : “Hukuman untuk kamu belum selesai,
Kamu harus
menerima hukuman yang lebih berat lagi ,
Pemuda itu berkata : “Iya pak , kami patuh asal jangan di
bunuh”
Pemilik rumah
itu berkata : “Kamu harus dihukum se
umur hidup”,
Pemuda itu berkata : “Mohon maaf bapak , Kami masih
mempunyai ibu,
Kami harus bilang kepada ibu bahwa kami akan menjalani
hukuman seumur hidup”,
Pemilik rumah
itu berkata : “Boleh , Kalau begitu, Ajaklah ibumu ke mari”
Pemuda itu
menjawab : “Kami laksanakan pak , Kami mohon pamit pulang”
Pemilik rumah
itu berkata : “Saya izinkan , dan segeralah kembali bersama ibumu”
Sesampainya di
rumah, Pemuda tersebut disambut oleh ibunya,
Ibu bertanya :
“Kemana saja kamu meninggalkan rumah sekian lamanya ?”
Pemuda itu
menceritakan bahwa ia belajar mencopet dan mencuri,
Kini berakhir
dengan hukuman se umur hidup,
Dan ibunya harus
datang ke rumah juragan yang akan menghukumnya,
Sang Ibu
bernafas panjang seraya berkata : “SUBHAANALLOOOOOH,
Untung kamu
tidak dibunuh seperti ayahmu dulu”.
Dalam hati, Ibu berkata : “Sampai kapan kamu menggoda ibu
wahai anakku ?
Tetapi ibu tetap
berharap , Engkau menjadi anak yang solih sayang”,
Seorang ibu
memang tidak bisa meninggalkan kasih sayang pada anaknya,
Sekeras apapun
cara ia berbicara namun hatinya tetap lembut penuh kasih,
Itu artinya “Cinta anak sepanjang galah , cinta ibu
sepanjang jalan”,
Berliau bernafas
panjang seraya berkata : “SUBHAANALLOOOOOH,
Pemuda tersebut
mencucurkan air mata menyesali perbuatannya,
Ia iba dan
kasihan kepada ibunya yang sedih karna memikirkannya,
Mereka berdua
lalu segera datang ke rumah juragan kaya tersebut,
Sesampainya di
halaman rumah juragan kaya tersebut,
Ibu dan pemuda
itu disambut oleh keluarga juragan tersebut,
Alangkah kagum
hati ibu ketika melihat rumah yang amat besar dan indah,
Jantungnya
berdebar amat keras , Ia bertanya dalam hatinya :
“Apakah gerangan
yang akan terjadi pada anakku nanti ?
Semoga ia
dilindungi oleh Alloh, dimaafkan seluruh dosa-dosanya”
Ketika mereka
berdua telah berada di ruang tamu,
Ibu dan pemuda tersebut
terdiam , Tak kuasa berbicara apa-apa,
Yang begejolak
dalam hatinya hanyalah permohonan pertolongan Alloh,
Juragan itu
mulai menceritakan kejadian perkara kepada ibu pemuda tersebut,
Dan akhir
ceritanya sampai pada keputusan bahwa :
“ANAK IBU HARUS
MENJALANI HUKUMAN SE UMUR HIDUP”
Tetesan air mata
tak terasakan oleh Ibu yang masih sayang pada anaknya,
Beliau berkata :
“Aku mohon juragan dapat memberi keringanan pada anak kami”
Juragan itu lalu
masuk ke ruang belakang dan berunding dengan keluarganya,
Beliau berkata :
“Pemuda ini ternyata terlahir dari ibu yang penuh kasih sayang,
Aku berharap
kasih sayang ibu itu menular pada hati pemuda itu,
Pemuda itu amat
jujur dan berakhlaq mulya , Ia juga pandai ilmu agama,
Aku senang andai
ia menjadi keluarga kita , Bagaimana pendapat kalian ?”
Sang Istri
menjawab : “Apa yang bapak kehendaki ibu mengikuti”
Putrinya
dimintai pendapat, jawabannya sama dengan ibunya”,
Juragan kaya itu
kemudian keluar menjumpai tamunya,
Beliau berkata :
“Wahai ibu Pemuda ini,
Maksud kami
menghukun anak ibu se umur hidup itu bukan hukuman penjara,
Tetapi anak ibu
harus menjadi keluarga kami sebagai menantu kami,
Berdiam di rumah
ini se umur hidup,
Dan bila mungkin
ibu pun bertempat di rumah ini pula,
Kami banyak
harta dan berharap anak ibu dapat mentasorrufkannya,
Alangkah
terkejut hati ibu tersebut, Ia lalu
menangis tersedu-sedu ,
Deraian air
matanya tak tertahan membasahi pipinya,
Ia teringat pada
mendiang ayah anaknya,
Ia ingat pula
pada kata-kata kasarnya kepada anaknya,
Ia merasa
bersalah ketika mencaci Pak Kiai yang mengasuh anaknya,
Suasana
haru itu dipecahkan oleh pertanyaan
juragan kaya tersebut :
“Bagaimana bu ?
Apakah ibu merelakan anak ibu menjadi anak kami ?”
Ibu pemuda itu
mengangguk tanda setuju , walau tanpa kata-kata,
ALHAMDULILLAAAH
,
Itulah kalimat
yang diucapkan oleh juragan kaya itu,
Beliau lalu
memanggil seluruh keluarganya untuk berta’aruf,
Hari pelaksanaan
NIKAH ditentukan pula pada saat itu,
Setelah
persiapan acara pernikahan matang,
Juragan bersama
pemuda tersebut sowan kepada Pak Kiai Pengasuhnya,
Di tengah
perjalanan , sang juragan tersebut berceritra :
Saya
tidak pernah melakukan pembagian zakat karna patuh pada pesan Pak Kiai,
Pak
Kiaiku sama dengan Pak Kiai kamu,
Ketika
saya mau boyong , Beliau berpesan :
Jangan
lakukan hal-hal yang kamu belum mengetahui cara maupun dasar-dasarnya”
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْؤُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
Semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al
Israa' : 36)
Pemilik rumah
itu meneruskan kata-katanya :
“Saya belum tau cara mengeluarkan
zakat serta berapa jumlahnya,
Maka saya tidak pernah melaksanakan zakat, baru kemarin
itu”,
Dan seterusnya
nanti kamulah yang mengelola zakat tersebut,
Setibanya di
rumah Pak Kiai, mereka berdua disambut gembira,
Rasa kangen Pak
Kiai kepada santrinya terobati pada saat itu,
Juragan kaya itu
lalu menyampaikan maksudnya kepada Pak Kiai,
Beliau
mengundangnya untuk menikahkan putrinya,
Setelah tiba
waktu pelaksanaan akad nikah,
Pak Kiai hadlir
bersama para senior santri Beliau,
Maka
dilaksanakan PROSESI AKAD NIKAH.
SUBHAANALLOOOH,
Begitu indahnya
sekenario yang di program oleh ALLOH,
Tiada sekat yang
menghalangi pernekahan antara si kaya dan si miskin,
Ibu yang sabar
dan selalu berdo’a di karuniai kebahagian oleh Alloh,
Kebahagiaan nan
tak pernah disangka dan diduga,
Tak semua
perbuatan yang terlihat jelek itu berhakikat jelek pula,
Bulu sapi yang
putih mungkin pula ditemukan pada sapi yang berbulu hitam,
Benarlah apa
yang dikatakan oleh pelantun syi’ir Arab Bahar Basith :
مَا
كُلُّ مَا أَقْبَحَهُ النَّاسُ سَيِّئَةٌ إنَّ الْبَيَاضَ
يَكُوْنُ أوْسَطَ السُّوْدِ
Tidaklah
semua apa yang dianggap jelek oleh manusia itu adalah buruk hakikatnya,
Sesungguhnya
putih itu kadang-kadang berada di tengah-tengah hitam.
Alangkah
benarnya apa yang dinasihatkan oleh Sang Kiai,
Walaupun
melalui proses yang panjang tetapi Endingnya adalah kabenaran.
Seseorang
yang telah mencapai drajat dekat kepada Alloh,
Semua
yang dikatakan adalah merupakan hikmah yang amat mahal,
Seorang
penyair Arab melantunkan syi’ir Bahar Basith :
مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ بَصِيْرَةٌ كَمُلَتْ لَمْ
يَكُ ذَا كُـــــرْبَةٍ مَخـــــُوْفَــــةٍ اَبَدًا
مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ رَجَاءُ مَعْذِرَةٍ مِنْ رَبِّهِ لَمْ
يَكُنْ ذَا فِكْرَةٍ اٰيِسَةٍ
Seseorang
yang dalam hatinya terdapat pandangan bathin yang sempurna,
Maka
ia tak kan pernah mempunyai kesempitan yang ditakutkan selamanya,
Seseorang
yang dalam hatinya terdapat harapan pengampunan dari Tuhannya,
Maka
ia tak kan pernah mempunyai pikiran putus asa.
Alloh
pasti memberikan kebahagiaan kepada santri yang taat dan cinta kepada Guru,
Alloh
pasti memberikan kebahagiaan kepada santri yang memegang teguh nasihat Kiai,
Alloh
pasti memberikan kebahagiaan kepada seseorang yang jujur dan merendahkan diri,
Orang
yang bodoh tetapi jujur itu lebih manfaat dari pada orang pandai tetapi tidak
jujur,
Proses
munuju kebenaran kadang-kadang juga melalui ketidak benaran,
Maka
pandanglah akhir cerita kehidupan seseorang di dunia ini,
Jangan
cepat menghukumi ketika proses masih berjalan,
Proses
munuju sejahtera dan bahagia kadang-kadang juga melalui sengsara,
Maka
berharaplah akhir cerita kehidupan anda itu menjadi mulya ,
Jangan
putus harapan pada saat proses itu
sedang menimpa,
Semoga
Alloh senantiasa menyayang kita. THE END.
SAYA TULIS
KISAH INI DIILHAMI OLEH :
Pengajian
HAUL
WAFAT KH MUSTHOFA 3014
Assalamu'alaikum War Wab ...
BalasHapusmohon ijin mengcopy Al kisahnya
Terima Kasih
wa'alaikum salam.
Hapusballighu 'anniy walaw aayatan..
Subhanalloh....saya Santri dari teluk gelam Insan Cendekia OKi Sumsel..ingin berterima kasih...salam ta'dim.
BalasHapus